Juridical Analysis of Witness Testimony De Auditu in the Case of Sexual Abuse of Minors

Moh. Eka Valen Arman; Yusrianto Kadir; Roy Marthen Moonti; Muslim A. Kasim

doi:10.62951/ijsl.v2i1.311

Authors

Moh. Eka Valen Arman Universitas Gorontalo
Yusrianto Kadir Universitas Gorontalo
Roy Marthen Moonti Universitas Gorontalo
Muslim A. Kasim Universitas Gorontalo

DOI:

https://doi.org/10.62951/ijsl.v2i1.311

Keywords:

Juridical analysis, witness testimony, testimony de auditu, child sexual abuse, evidence

Abstract

This study aims to juridically analyse the use of testimonial witness testimony de auditu in cases of sexual abuse of minors with a case study of case number 26/Pid. Sus/2024/PN Lbo. In the context of criminal law, testimonial witness testimony de auditu refers to a statement submitted by a witness regarding what he heard from another party, which cannot be used as direct valid evidence, but can provide relevant clues. This research examines the admissibility and influence of such testimony on evidence in cases of child sexual abuse, as well as its relevance in the Indonesian criminal justice system. The method used is Empirical approach by analysing legal practices, as well as related court decisions. The results showed that de auditu testimony has limitations in terms of evidentiary power, its use in cases of child sexual abuse, de auditu witness testimony should be accepted, but must be supplemented with additional evidence such as medical examinations, digital evidence, or witnesses who can confirm the event. Judges should prioritise the principles of caution, objectivity and fairness in evaluating such testimony, to ensure that the decision made is not only fair to the victim but also to the defendant.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Amalia, E., Afdila, F. L., & Andriani, Y. (2018). Pengaruh pemberian pendidikan seksual terhadap kejadian. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal), 5(2), 162–168.

Andariati, L. (2020). Filsafat politik Plato. JRP (Jurnal Review Politik), 10(1), 88–115. https://doi.org/10.15642/jrp.2020.10.1.88-115

Ariani, N. W. T., & Asih, K. S. (2022). Dampak kekerasan pada anak. Jurnal Psikologi Mandala, 6(1), 69–78. https://doi.org/10.36002/jpm.v6i1.1833

Asprianto Wangke. (2017). Kedudukan saksi de auditu dalam praktik peradilan menurut hukum acara pidana. Jurnal Akuntansi, 11(6), 146–154.

Aurelia, B. (2023). Arti testimonium de auditu. Hukumnuonline.Com, 11, 508–516. https://www.hukumonline.com/klinik/a/arti-testimonium-de-auditu-lt58dcb3732cca3

C Djisman, S. (2013). Segenggam tentang hukum acara pidana. Segenggam Tentang Hukum Acara Pidana, 40.

Canterbury, E., Duraiappah, A. K., Naeem, S., Agardy, T., Ash, N. J., Cooper, H. D., Díaz, S., ... Mea. (2013). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. UUD 1945, 12(16), 81–87. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Dr. Nafi’ Mubarok, SH., MH., M. (2016). Buku ajar pidana.

Eni. (1967). Pengantar ilmu hukum. In Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.

Fajar Ikhsan Fau. (2015). Kekuatan hukum alat bukti keterangan saksi yang sedarah dengan terdakwa dalam proses pembuktian di pengadilan. Kinabalu, 11(2), 50–57.

Foundation, F. S. (1999). Undang Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana. Medicina Interna, 1951, 260–269.

H.S. Brahmana, SH., M. (2012). Teori dan hukum pembuktian. Pn-Lhoksukon.Go.Id, 17.

Hamaminata, G. (2023). Perkembangan sistem peradilan pidana. Jurnal Hukum, Politik dan Ilmu Sosial (Jhpis), 2(4), 52–64.

Ismail, Rais Rahmat. (2023). Analisis kekerasan terhadap anak ditinjau dari perspektif kriminologi. At-Tawassuth: Jurnal Ekonomi Islam, VIII(I), 1–19.

Ivo, N. (2015). Kekerasan seksual terhadap anak: Dampak dan penanganannya. Sosio Informa, 01(200), 13–28.

Muqoddas, B. (2002). Mengkritisi asas-asas hukum acara perdata. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 19(20), 18–31. https://doi.org/10.20885/iustum.vol9.iss20.art2

Probosiwi, R., & Bahransyaf, D. (2015). Pedofilia dan kekerasan seksual: Masalah dan perlindungan terhadap anak. Sosio Informa, 1(1), 29–40. https://doi.org/10.33007/inf.v1i1.88

Purwoleksono, D. E. (2014). Didik Endro Purwoleksono a t.

Purwoleksono, D. E. (2015). Hukum acara pidana.

Rinaldia, F. (2022). Proses bekerjanya sistem peradilan pidana dalam memberikan kepastian hukum dan keadilan. Jurnal Hukum Respublika, 21, 179–188.

Rivai, L. R. (2018). Kedudukan saksi ahli dalam pembuktian perkara pidana menurut hukum Islam dan hukum positif. 3(2), 91–102.

Samosir, S. S. M. (2019). Penerapan penggunaan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam konteks pencapaian keadilan. Jurnal Supremasi, 9(2), 1–16. https://doi.org/10.35457/supremasi.v9i2.790

Simon Ruben. (2015). Kekerasan seksual terhadap istri ditinjau dari sudut pandang hukum pidana. IV(5), 6.

Suryamizon, A. L. (2017). Perlindungan hukum preventif terhadap kekerasan perempuan dan anak dalam perspektif hukum hak asasi manusia. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender, 16(2), 112. https://doi.org/10.24014/marwah.v16i2.4135

Tangga, A., Antade, A., & Rende, J. (2018). Artikel_Mahasiswa_Asse+Tangga_UNPI. 11, 1–14.

Tiovany A. Kawengian. (2016). Peranan keterangan saksi sebagai salah satu alat bukti dalam proses pidana menurut KUHAP. 4(June), 2016.

Triwijati, N. K. E. (2019). Pelecehan seksual: Tinjauan psikologis. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, dan Savy Amira Women’s Crisis Center, 20(4), 303–306.

Wahyuni, D. F. (2017). Dasar-dasar hukum pidana Indonesia. In Perpustakaan Nasional.